Eau De Toilet

Dalam wewangian modern, istilah Eau de Toilet umumnya digunakan untuk menggambarkan wewangian  dengan tingkat konsentrasi 5 – 15% (biasanya ~ 10%) kandungan senyawa aromatik.  Senyawa aromatik pada eau de toilet lebih lemah dari eau de parfum dan lebih kuat dari eau de cologne. 

Eau de Toilet (EdT) secara harfiah diterjemahkan sebagai air toilet (tetapi lebih tepat digambarkan sebagai "air perawatan") adalah cologne ringan yang digunakan sebagai penyegar kulit. Ini juga disebut sebagai "air aromatik" dan memiliki kandungan alkohol yang tinggi. Biasanya diaplikasikan langsung ke kulit setelah mandi atau bercukur. Awalnya terbuat dari alkohol dan berbagai minyak atsiri. Secara tradisional produk ini menggunakan bahan utama seperti air geranium, air lavender, air lilac, air violet, roh myrcia dan 'eau de Bretfeld'. Karena itu, eau de toilette kadang-kadang disebut sebagai " toilet water “

Sejauh ini pelarut yang paling umum untuk pengenceran eau de toilet adalah etanol yang berfungsi sebagai agen penyebar yang mengantarkan bau atau ditambah sedikit air. 

 

Sejarah Eau De Toilet

Eau de Toilet pertama kali dibuat pada abad ke-14 oleh Ratu Elisabeth Hongaria 1305–1380 (Elisabeth of Poland) di Hongaria, jauh sebelum eau de cologne ditemukan. 

Gambaran sebuah tempat peracikan parfum pada abad ke -16

Ia membuat campuran minyak wangi dengan alkohol yang bisa menguap perlahan pada kulitnya yang disebut dengan nama “Hungary Water”  (disebut juga The Queen of Hungary's Water atau Eau de la Reine de Hongary atau Roh Rosemary) adalah eau de toilet pertama yang dikembangkan dan salah satu parfum berbasis alkohol pertama di Eropa, dibuat dengan bahan utama bunga rosemary. 

Ratu Elisabeth Hongaria

Di luar Hongaria pertama kali muncul sebuah eau de toilet dari lemon balm, bunga oranye, akar angelica, dan rempah-rempah  pada tahun 1370  diberi nama Carmelite Water yang dibuat oleh biarawati Ordo Katolik Roma Carmelite untuk Raja Perancis Charles V yang terkenal karena kecintaannya terhadap wewangian.

Raja Prancis Louis XIV (1638–1715) juga telah menggunakan eau de toilet dengan komposisi ramuan aroma yang terdiri dari aloewood, musk, bunga jeruk manis, air mawar dan rempah-rempah yang disebut "heavenly water" untuk mengharumkan baju-bajunya.

Penggunaannya eau de toilet sangat populer di seluruh Eropa selama berabad-abad, dan sampai Eau de Cologne ditemukan oleh Giovanni Marie Farina pada tahun 1703. 

Mirip dengan ramuan dan produk berbahan dasar bunga lainnya, Hungary Water juga dipercaya sebagai obat yang berharga, banyak penulis resep pada waktu itu yang menyarankan penggunaan eau de toilet untuk mencuci tangan, atau meminumnya untuk mendapatkan manfaat paling banyak. Hungary Water bahkan dianggap dapat membantu orang untuk mempertahankan penampilan agar terlihat awet muda. 

Raja Prancis Louis XIV

Beberapa eau de toilet juga pernah dipakai sebagai toner kulit restoratif dengan adanya manfaat medis untuk kulit yang terdapat dalam kandungan eau de toilet. Terutama selama abad ke -14 sampai abad ke -16, selain obat-obatan lain eau de toilet juga dipakai untuk mengobati  "bubonic plague” atau “wabah air" yang menewaskan sekitar 25% hingga 60% dari populasi Eropa. 

Sebuah Jurnal Kedokteran dan Bedah Mingguan “The Medical Record" yang didirikan pada tahun 1866 oleh George Frederick Shrady, Sr. melaporkan pada tahun 1905 bahwa semprotan eau de toilet pada tubuh dapat mengembalikan energi yang hilang. 

Beberapa eau de toilet yang populer diantaranya: Carnation Toilet Water, Creole Toilet Water, Eau de Lavand Ambre, Florida Water, Geranium Toilet Water, Heliotrope Toilet Water, Honey Water, Jasmine Toilet Water, Kananga Water, Lavender Water, Nosegay, Oriental Toilet Water, Rose Water Toilet, Viennese Cosmetic Toilet Water, White Rose Toilet Water.

 

Share To

Tivona Perfume Copyright 2018
Tivona Trade Mark Registered