Bagaimana Aroma Bisa Mempengaruhi Emosi?

Suatu waktu kita tiba-tiba teringat sebuah kenangan,moment terindah bersama sang mantan karna mencium suatu aroma, aroma parfum yang dulu sering dia pakai pada saat kencan. Atau merasa seperti berada di pegunungan berada diatara lebatnya pohon cemara dikala hujan karna mencium aroma parfum woody yang segar.  Atau mungkin merasa seperti berada ditengah tengah kebun bunga yang  luas karna mencium parfum dengan aroma floral yang ringan.

Kita pasti sering mengalami peristiwa ini, yakni tiba-tiba teringat pada memori pada satu masa lalu dan emosi yang terbangkitkan hanya karena sebuah aroma. Namun pernahkah kita bertanya, bagaimana dengan sedikit aroma saja, bisa menyebabkan kenangan, yang bahkan sudah lama menjadi sebuah kenangan, kembali muncul dengan sangat cepat.

Di sisi lain, selain membuat seseorang menjadi harum dan merefleksikan pikiran pemakainya aroma parfum juga bisa berfungsi sebagai alat menggoda atau membuat diri merasa lebih tenang.

Aroma parfum dapat memicu emosi dan rasa yang kuat. Sebab, area olfaktori di pangkal hidung, saat mencium aroma tertentu akan terhubung dengan sistem limbik, area pada otak yang terasosiasi dengan emosi, sikap, dan motivasi.

“Sebelum sinyal pada hidung bisa diproses oleh bagian rasional pada otak, manusia akan merespons dengan hal-hal yang sifatnya primitif dulu terhadap aroma yang dihirup,”

Pernyataan di atas dikemukakan oleh Will Andrews, kepala peneliti laboratorium wewangian di perusahaan Procter & Gamble.

Manusia belajar merespons aroma-aroma tertentu, seperti mencari benda yang terbakar ketika mencium sesuatu yang gosong, mengantisipasi cuaca dingin ketika mencium aroma rumput atau tanah basah. Seiring hidupnya, manusia secara tidak sadar membangun “perpustakaan” aroma dan hubungannya dengan emosi tertentu.

Ketika Anda meminta sekelompok perempuan mengendus aroma parfum lelaki tertentu, maka reaksinya bisa berbeda-beda, tergantung pengalaman mereka terhadap aroma yang bisa saja pernah dipakai ayah, mantan kekasih, adik laki-laki, dan sebagainya.

Berikut ini penjelasan selengkapnya,

1. Indra paling tua dan kompleks

Penciuman merupakan indra tertua dan paling dasar dibandingkan yang lain. Paling tidak, ada 1.000 tipe reseptor aroma yang berbeda. Reseptor ini terus beregenerasi sepanjang hidupmu dan berubah berdasarkan aroma-aroma yang kamu cium.

Dari kerumitan inilah kamu bisa memedakan antara aroma yang satu dan yang lainnya. Walau begitu, sebanyak apa pun aroma yang dapat kamu cium dan bedakan, kamu tidak bisa menjelaskan dengan detail aroma yang dimaksud, baik ke orang lain maupun ke diri sendiri. Sering kan, kamu mengalami kesusahan saat mendeskripsikan sebuah aroma dan berujung pada hal-hal yang sifatnya asosiatif seperti, "baunya seperti rumput di bawah terik matahari", "baunya asin", dan sebagainya.

2. Disebabkan oleh anatomi otak

Aroma yang terhirup akan diproses oleh olfactory bulb. Olfactory bulb sendiri merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang bertugas untuk menerima informasi dari saraf reseptor olfaktori dan meneruskan informasi tersebut ke subkortikal dan kortikal sistem olfaktori.

Olfactory bulb mempunyai koneksi langsung pada dua area di otak yang sangat berperan penting dalam memori dan emosi manusia: amigdala (amygdala) dan hipokampus (hippocampus). Adapun penelitian yang membuktikan hubungan antara aroma dan bagian otak ini dilakukan oleh Rachel Sarah Herz dari Brown Univeristy.

3. Aroma lebih cepat membangkitkan memori dibandingkan visual dan suara

Menariknya, aroma memberikan pengaruh yang jauh lebih besar dibandingkan penglihatan maupun trigger lainnya. Secara anatomi pun, informasi terkait visual, suara, dan sentuhan sekalipun tidak melalui dua bagian pada otak tersebut (amigdala dan hipokampus).

Rachel Herz membuktikannya lewat pemeriksaan fMRI. Beberapa partisipan diminta untuk menyebutkan memori positif apa yang muncul ketika mencium sebuah parfum tertentu.

Percobaan pun dilakukan dengan melakukan perbandingan menggunakan dua buah rangsangan yang berbeda: aroma dan visual. Ketika partisipan mencium aroma tertentu tersebut, pemindai menunjukkan aktivitas pada amigdala dan sekitar hipokampus yang sangat besar, melebihi rangsangan yang ditunjukkan melalui gambar.

4. Penelitian yang berkelanjutan

Sebelumnya, sejumlah studi tentang perilaku berhasil mendemonstrasikan bahwa aroma memicu kenangan dan emosi yang lebih jelas serta membawa seseorang untuk kembali ke waktu tertentu dengan lebih baik dibandingkan visual. Namun, Rachel Herz berhasil membuktikan secara sains pada level saraf mengapa hal tersebut terjadi.

Rupanya, penelitian tidak berhenti pada Herz. Artin Arshamian dari Karoline Institutet juga melakukan penelitian serupa. Dalam hasil risetnya, asisten profesor tersebut beserta timnya menemukan bahwa aktivitas pada sistem limbik dan area otak yang terkait dengan kejelasan visual jauh lebih besar terjadi bila dipicu oleh aroma dibandingkan dengan kata-kata.

Bagaimanapun, aroma tertentu tidak hanya membangkitkan kenangan tentang hal-hal yang indah. Tidak jarang, hal-hal yang kurang menyenangkan atau bahkan traumatis di masa lalu juga kembali muncul ke permukaan ingatan karena mencium sedikit saja aroma tertentu.

Berikut ini beberapa aroma yang umumnya bisa mengubah emosi dan mood seseorang menurut pakar parfum Lawrence Roullier White:

Vanilla
Aroma ini memberi kesan manis dan memicu perasaan bahagia di masa kecil. Sebab, kebanyakan aroma makanan manis, seperti es krim, biskuit, dan cake menggunakan vanila.

Sebagian pakar aroma bahkan berpikir, ini adalah aroma paling mirip dengan aroma air susu ibu. Sehingga vanilin, kandungan dalam vanila, kerap dikaitkan dengan aroma yang menenangkan serta menurunkan degup jantung.

Bunga putih
Menurut Profesor Tim Jacobs, pakar wewangian dari Cardiff University School of Biosciences, Amerika Serikat, aroma bunga putih, seperti tuberose, mengandung molekul yang bernama indoles. Molekul ini juga ditemukan pada feromon hewan.

Ketika manusia menghirup aroma mengandung indole ini, pikiran rasional manusia akan mengingat bunga, namun bagian primitif otak akan mengenali aromanya sebagai ketertarikan, menghubungkannya dengan rangsangan seksual serta aktivitas. 

Citrus
Aroma citrus kerap diasosiasikan dengan kesegaran. Sehingga aroma ini kerap digunakan untuk yang ingin merasa lebih semangat dan energik.

Lavender dan Mawar
Bunga lavender mengandung linalool yang diketahui memiliki manfaat untuk memberi relaksasi. Aroma mawar juga memberi rasa tenang pada sistem saraf, menurunkan tingkat kecepatan nafas, serta tekanan darah. 

Parfum dengan wangi lavender adalah pilihan yang tepat kamu gunakan untuk kamu yang sedang merasa khawatir dan stres. Wangi ini terkenal dapat berperan sebagai penenang dan membantu dalam mengontrol emosi. Efek menenangkan dari lavender pada saraf dapat mengurangi ketegangan saraf dan melawan depresi. Lavender juga tepat untuk saat-saat ketika kamu merasa sakit kepala atau migrain. 

Rosemary dan Peppermint
Rosemary mengandung thymol, yakni stimulan. Peppermint sejak lama diketahui mampu meningkatkan performa fisik seseorang. Untuk meningkatkan perasaan lebih bersemangat dalam aktivitas, coba gunakan aroma ini.

(Konten dan gambar dari berbagai sumber)

Share To

Tivona Perfume Copyright 2018
Tivona Trade Mark Registered